TANAMAN CABAI

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Cabe merah (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Produksi cabe di Indonesia masih rendah, rataan nasional hanya mencapai 5,5 ton/ha, sedangkan potensi produksinya dapat mencapai 20 ton/ha.
Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika.
Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan cabe baik untuk rumah tangga maupun industri dan sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pengembangan industri olahan, maka, peluang pengembangan usaha agribisnis cabe sangat terbuka luas.
Usaha peningkatan produksi cabe yang sekaligus meningkatkan pendapatan petani, dapat dilakukan sejak budidaya sampai penanganan pasca panen yang baik dan benar. Salah satu langkah terpenting dalam perbaikan teknik budidaya adalah pemilihan varietas cabai hibrida yang akan dibudidayakan.
Cabai atau lombok,merupakan komoditas prospektif yang dapat di andalkan untuk di budidayakan dalam berbagai usaha tani.pada jama dahulu,cabai di pandang sebagai barang bertuah oleh suku bangsa tertentu.
Kini cabai di pandang sebagai komoditas pilihan usaha tani.Cabai memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut :
1. Memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
2. Multi guna dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memiliki wilayah pemasaran yang cukup baik.
4. Merupakan klomoditas yang dapat di jualdalam bentuk segar, cabai beku, dan bermacam produk olahan lainnya.
5. Merupakan komoditas sayuran yang hemat lahan

1. Jenis Cabai

Tanaman cabai dalam sistematika(taksonomi) tumbuhan di klasifikasikan dengan:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan).
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan Berbiji).
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup).
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua).
Ordo : Tubiflorae.
Famili : Solanaceae.
Genus : Capsicum.
Species :Capsicum annuum

2. Syarat Tumbuh

Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.
Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi. pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup. Tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan.

B. Perumusan Masalah

Residu pestisida dalam produk pertanian, termasuk sayuran, berdampak negatif bagi kesehatan manusia. Salah satu penyakit yang trjadi akibat adanya residu pestisida yang masuk kedalam tubuh manusia adalah kanker. Penyakit ganas dan rusaknya imunitas (kekebalan tubuh terhadap penyakit) timbul dari mutasi gen dari sel-sel tubuh yang di akibatkan oleh polusi dan keracunan bahan kimia seperti pestisida.
Namun dalam pertumbuhan nya tanaman cabai tidak lepas dari pengaruh hama dan penyakit,seringkali yang terjadi di lapanganapabila tanaman mengalami serangan hama dan mengalami sakit untuk menanggulanginya langsung menggunakan pestisida yang berbahan kimia.
Sebenarnya banyak alternatif yang dapat di lakukan di antaranya pengendalian hama dan penyakit dengancara Pengendalian Hayati, karena Sesungguhnya Tuhan Yang maha Esa telah menyediakan Sesuatu yang bermanfaat untuk hambanya yang telah tersedia di alam raya ini.
Tinggal kita sebagai yang memanfaatkan fasilitas yang ada mengkaji dan memenfaatkanya agar keseimbangan di alam tetap terjaga. Dengan kata lain kita mengetahui dan mempelajari jenis hama yang menyerang tanaman dan penyakit yang diderita oleh tanaman cabai yang dibudidayakan.

C. Tujuan


 Mengetahui makna pengendalian hayati.

 Mengetahui mekanisme pengendalian hayati

 Mengetahui kendala dan pengembangan pengendalian hayati

 Mengetahui cara pengendalian penyakit tumbuhan berdasarkan konsep pengendalian hayati


BAB. II.
PENGENDALIAN OPT PADA TANAMAN CABAI


Pembangunan sektor pertanian kini disiapkan untu memasuki era agroindustri dan agribisnis terpadu. Oleh karena itu pengembanganan penerapan teknologi berwawasan lingkungan serta pengembangan sumberdaya manusia harus mendapat perhatian dan penekanan yang cukup kuat, sebagai landasan pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, antara lain harus dapat memelihara tingkat kapasitas produksi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan serta harus dapat mengurangi dampak kegiatan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup. Salah satu kegiatan riil yang perlu dilaksanakan adalah bagaimana cara pengamanan produksi pertanian dari gangguan organisme penyebab penyakit (OPT) . Tanaman cabai merupakan jenis komoditi pertanian yang bernilai jual tingggi,dan banyak di usahakan oleh para petani.

Namun dalam pertumbuhannya tanaman cabai tidak lepas dari pengaruh hama dan penyakit, seringkali yang terjadi di lapangan apabila tanaman mengalami serangan hama dan mengalami sakit untuk menanggulanginya langsung menggunakan pestisida yang berbahan kimia.
Sebenarnya banyak alternatif yang dapat di lakukan di antaranya pengendalian hama dan penyakit dengancara Pengendalian Hayati, karena sesungguhnya Tuhan Yang maha Esa telah menyediakan Sesuatu yang bermanfaat untuk hambanya yang telah tersedia di alam raya ini.
Tinggal kita sebagai yang memanfaatkan fasilitas yang ada mengkaji dan memenfaatkanya agar keseimbangan di alam tetap terjaga.
Dengan kata lain kita mengetahui dan mempelajari jenis hama yang menyerang tanaman dan penyakit yang di derita oleh tanaman cabai yang di budidayakan dan mengambil solusi yang bersahabat bagi lingkungan dan berdampak positif bagi kemaslahatan manusia itu sendiri. Hal ini sering di sebut dengan Penendalian Hayati pada tanaman budi daya.

A. Pengendalian Secara Hayati

Pengendalian hayati adalah pengendalian dengan cara memanfaatkan musuh alami untuk mengendalikan OPT termasuk memanipulasi inang, lingkungan atau musuh alami itu sendiri. Pengendalian hayati bersifat ekologis dan berkelanjutan. Ekologis berarti pengendalian hayati harus dilakukan melalui pengelolaan ekosistem pertanian secara efisien dengan sedikit mungkin mendatangkan akibat samping negatif bagi lingkungan hidup. Sedangkan berkelanjutan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan menjaga upaya agar tidak merosot atau menjaga agar suatu upaya terus berlangsung.
Pengendalian hayati memiliki arti khusus, karena pada umumnya beresiko kecil, tidak mengakibatkan kekebalan atau resurgensi, tidak membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan dan tidak memerlukan banyak input luar. Pengendalian ini secara terpadu diharapkan dapat menciptakan kondisi yang tidak mendukung bagi kehidupan organisme penyebab penyakit atau mengganggu siklus hidupnya (Baker dan Cook, 1974; Reintjes et al. 1999).
Pengendalian hayati yang ekologis dan berkelanjutan mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut :
a. Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada. Misalnya keanekaragaman mikroorganisme antagonistik dalam tanah atau di rizosfir (daerah sekitar perakaran) dengan mengkombinasikan berbagai komponen system usaha tani yaitu tanaman, tanah, air, iklim dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar.
b. Berusaha memanfaatkan pestisida sintetis seminimal mungkin untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan.
Dalam pembangunan di bidang pertanian, peningkatan produksi seringkali diberi perhatian utama sehingga seringkali batas maksimal produksi dilampaui. Akibatnya ekosistem akan mengalami degradasi dan kemunginan akan runtuh sehingga hanya sebagian orang yang bias hidup dengan sumberdaya tersebut. Konsekwensinya, bahwa bila batas produksi tercapai maka harus dilakukan sesuatu terhadap ekosistem, misalnya pengembalian sumberdaya alam. Prinsip ekologi dasar mewajibkan kita untuk menyadari bahwa produktivitas pertanian memiliki kemampuan terbatas.
Pemanfaatan musuh alami OPT menjadi sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekologis karena sumberdaya tersebut dikembalikan lagi ke alam sehingga kualitas lingkungan terutama tanah dapat dipertahankan. Di alam musuh alami dapat terus berkembang selama nutrisi dan faktor-faktor lain (kelembaban, suhu dan lain-lain) sesuai untuk pertumbuhannya. Proses pengendalian hayati mEniru ekologi alami sehingga untuk menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan musuh alami tersebut bisa dilakukan dengan memanipulasi sinar matahari, unsur hara tanah dan curah hujan sehingga sstem pertanian dapat terus berlanjut. Misalnya dengan penambahan bahan organik pada tanaman yang akan dikendalikan. Bahan organik atau residu tanaman adalah media yang kondusif untuk mikrooraganisme yang antagonistik terhadap OPT yang pada dasarnya beraspek majemuk, yaitu sebagai pencegah berkembangnya OPT, sebagai sumber unsur hara dan untuk perbaikan fisik tanah pertanian.

B. Mekanisme Pengendalian Hayati

Beberapa mekanisme pengendalian hayati, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Antagonisme.
Antagonis adalah mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap mikrooraganisme lain yang tumbuh dan berasosiasi dengannya. Antagonisme meliputi (a) kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain dalam jumlah terbatas tetapi diperlukan oleh OPT, (b) antibiosis sebagai hasil dari pelepasan antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya bagi OPT dan (c) predasi, hiperparasitisme, mikroparasitisme atau bentuk yang lain dari eksploitasi langsung terhadap OPT oleh mikroorganisme yang lain.

2. Ketahanan Terimbas.
Ketahanan terimbas adalah ketahanan yang berkembang setelah tanaman diinokulasi lebih awal dengan elisitor biotik (mikroorganisme avirulen, non patogenik, saptrofit) dan elisitor abiotik (asam salisilik, asam 2-kloroetil fosfonik) Buncis yang diimbas dengan Colletotrichum lindemuthianum ras non patogenik menjadi tahan terhadap ras patogenik (Agrios, 1988; Elliston et al, 1971; Lyon dan Newton, 1971).
3. Proteksi Silang.
Tanaman yang diinokulasi dengan stran virus yang lemah hanya sedikit menderita kerusakan, tetapi akan terlindung dari infeksi strain yang kuat. Strain yang dilemahkan antara lain dapat dibuat dengan pemanasan in vivo, pendinginan in vivo dan dengan asam nitrit. Proteksi silang sudah banyak dilakukan, di banyak negara, antara lain Taiwan dan Jepang.
Pengendalian hayati terhadap bakteri tanaman sudah maju penelitiannya, misalnya untuk Agrobacterium tumefaciens yang avirulen, digunakan A. radiobacter yang avirulen. Pupuk organic yang mengandung nitrogen 5 persen atau lebih untuk menekan penyakit layu Xanthomonas solanacearum pada tembakau. Pengendalian hayati penyakit layu bakteri pada jahe disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum antara lain: rotasi tanaman (2-3 tahun), menggunakan pupuk kandang yang matang dan pengaturan drainase kebun yang baik.
Pengendalian hayati terhadap cendawan patogenik memberi harapan untuk dikembangkan di lapangan. Banyak peneliti yang menarik manfaat Trichoderma spp. sebagai agensia yang efektif untuk mengendalikan berbagai patogen dalam tanah. Di Indonesia perkembangan menggembirakan sudah dimulai dengan T. koningii untuk Rigidoporus microsporus pada tanaman karet dan Trichoderma sp terhadap Phytophthora capsici pada lada.
T. koningi mempunyai daya antogonistis terhadap R.microporus. pengamatan secara mikroskopis menunjukan miselia T.koningi akan membelit keseluruhan hifa dari R.microsporus sehingga penetrasi dari miselia patogen tidak terjadi dan T koningi akan tumbuh di daerah pertumbuhan hifa inang patogen tersebut. Seterusnya untuk menjamin adanya antagonis yang efektif dalam tanah, sejak beberapa tahun yang lalu tersedia campuran Triko yang mengandung T. koningii untuk menginokulasi tanah (Semangun, 1995).
Penelitian intensif yang dilakukan terhadap pengendalian hayati Slerotinia sclerotium yang sangat merugikan pada banyak tanaman di luar negeri, dapat dicontoh untuk memotivasi penelitian dan pemanfaatan musuh hayati di Indonesia. Jamur ini membentuk sklerotium yang dapat bertahan cukup lama dalam tanah dan menjadi bagian penting dalam epidemiologi jamur ini. Sasaran utama pengendalian hayati ditujukan terhadap pemusnahan sklerotium karena kecuali secara langsung menghasilkan miselia yang aktif juga dari sklerotiium tumbuh apotesia yang mengandung spora. Spora ini memerlukan prakondisi khusus untuk tumbuh dan menyerang tanaman, di antaranya (1) tersedianya jaringan tanaman mati, misalnya daun, bunga, dan lain-lain, (2) kelembaban udara yang tinggi atau jenuh dan (3) suhu rendah (10-20°C). Berbagai jenis mikroorganisme telah dipastikan aktif mengendalikan cendawan ini baik secara alami maupun dengan aplikasi misalnya Coniothyrium minitans, Sporidesmium sclerotivorum dan Trichoderma spp

C. Kendala Pengendalian Hayati

Berbagai kendala yang sering menjadi titik lemah dalam komponen hayati antara lain adalah :
a.Untuk mengetahui secara pasti peranan agensia hayati tidak mudah karena terlalu banyak hal yang dianggap mendasar untuk diteliti.
b.Memerlukan fasilitas untuk mendukung rangkaian penelitian mulai dari eksploirasi, isolasi, identifikasi, pemurnian, perbanyakan inokulum sampai sumberdaya manusia peneliti yang tekun.
c. Petani sudah terbiasa dengan cara pengendalian penyakit yang memberi hasi yang cepat sehingga tidak tertarik dengan cara pengendalian hayati yang berproses lambat dalam kurun waktu yang panjang.
Oleh karena itu sangat terasa pentingnya suatu komitmen untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam pemanfaatannya (Sitepu, 1995).

D. Pengembangan Pengendalian Hayati

Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan berkesempatan sebagai komponen yang kuat dalam konsep PHT. Hal ini akan terwujud dengan menggiatkan koordinasi untuk melakukan eksplorasi, pengadaan agensia hayati, penggunaan di lapangan dan evaluasi terus-menerus. Dalam upaya eksplorasi uantuk mendapatkan agensia hayati diperlukan penelitian yang tekun dan berkelanjutan. Pengadaan agensia hayati untuk dapat digunakan di lapangan pada umumnya memerlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Isolasi mikroorganisme atau jasad sebagai agensia hayati
2. Penelitian dasar
3. Perbanyakan
4. Proses pengembangan dan optimasi dan
5. Produksi dan aplikasi
Dalam perbanyakan agensia hayati diperlukan penelitian tentang media untuk perbanyakan yang mudah didapat dan murah. Selanjutnya perlu diteliti juga faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Produksi agensia hayati selanjutnya dilakukan dalam skala luas di bawah kondisi yang dapat diatur. Untuk ini pengembangan sumberdaya manusia (terutama ilmuwan/peneliti) harus mendapat perhatian yang cukup kuat.
Dalam menerapkan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsur-unsur terkait (peneliti/pakar/petugas proteksi tanaman, petani, tokoh masyarakat, pengambil kebijakan) perlu terpadu dengan aktif. Selanjutnya petani dalam mengidentifikasi, menguji coba dan menerapkan pengendalian hayati diharapkan kerjasama terutama dengan penyuluh dan peneliti.

E. Pengendalian OPT Berdasarkan Konsep Pengendalian hayati

Pengendalian hayati didasarkan pada pemahaman siklus hidup OPT dan mencegah perkembangan OPT tersebut. Untuk mengembankan teknik pengendalian secara hayati maka langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Definisi masalah. Pertama harus dipahami masalahnya apa, mengetahui penyebab penyakitnya, di mana penyebab penyakit bertahan, bagaimana cara menularnya dan memahami faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekobiologi dan epidemiologinya. Pada sebagian besar kasus, informasi ini dapat diperoleh dari literature pertanian. Informasi yang dapat diperoleh adalah tingkat kerusakan, periode ketika tanaman rentan, tingkat ambang ekonomi.
2. Langkah-langkah pencegahan. Langkah selanjutnya analisis praktek budidaya, selangkah demi selangkah. Dengan pengetahuan tentang patogen yang diperoleh selama definisi masalah, orang bias mengetahui apakah praktek budidaya dapat diubah untuk membatasi berkembangnya patogen. Sumber informasi utama dapat diperoleh dari petani.
3. Langkah-langkah pengendalian. Langkah-langlah pengendalian yang khusus dipertimbangkan, dimulai dari langkah-langkah yang lebih lemah dan kemudian ke yang lebih kuat yang lebih memiliki efek samping lingkungan.

Dalam pengendalian hayati banyak hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan sifatnya yang ekologis dan berkelanjutan. Secara garis besar konsep pengendalian penyakit secara hayati meliputi hal-hal berikut ini :
1. Mengenal OPT dan memahami faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekobiologi dan epidemiologinya.
2. Memahami situasi pada saat tertentu, seperti tanda-tanda terjadinya eksplosi, apakah proses penularan penyakit berlangsung biasa atau lambat
3. Menghindari terjadinya lingkungan yang kondusif untuk perkembangan dan penularan penyakit, misalnya drainase jelek, tumpukan tanaman inang, tanaman yang tidak terpelihara. Keberdaan dan efektifitas agensia hayati dikaitan dalam kondisi seperti ini kurang memberi keuntungan
4. Memanfaatkan proses pengendalian alami yang berorientasi pada keseimbangan biologi dan ekosistem, maka agensia hayati harus dipantau untuk mempertahankan dan meningkatkan peranannya dalam jangka waktu tertentu
5. Karena konsep ini mengait dengan system, maka partisipasi dan kepedulian dari pihak-pihak disiplin ilmua terkait perlu ada, sebaiknya secara institusional
6. Sebagai salah satu alternatif dari PHT, pengendalian hayati harus kompatibel dengan komponen lain, dengan catatan khusus terhadap pestisida sintetis.
7. Pengendalian hayati sebagai satu sub- system yang efektif dapat terwujud dengan mengembangan pengadaan dan proses sub-komponen utama antagonistic, bahan organik, rotasi dengan tanaman/tumbuhan yang bermanfaat
8. Melakukan eksploirasi, identifikasi, efikasi, perbanyakan dan aplikasi yang sistematik dari antagonis potential
9. Mengidupkan informasi dua arah antara pengguna, penyuluh dan sumber teknologi pengendalian hayati
10. memasukkan komponen lain (mekanik, pestisida dan lain-lain) pada situasi epidemik dan pertimbangan lain yang memerlukan tindakan khusus

F. Hama Dan Penyakit Tanaman Cabai

Salah satu masalah dalam peningkatan produksi dan kualitas mutu cabe adalah adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang terjadi mulai dari pesemaian sampai pasca panen.Pada tulisan ini kami sajikan jenis –jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe.

1. Hama

Beberapa hama penting yang sering menyerang tanaman cabai di antaranya sebagai berikut :
a. Thrips
Thrips adalah serangga dari ordo Thysanoptera.Hama tersebut berukuran sangat kecil,panjang 1-2 mm,berwarna coklat kehitaman dan lembut.Hama jantannya tidak bersayap,sedangkan hama betinanya memiliki 2 pasang sayap halus berjumbai.pada musim kemarau,populasinya memuncak dan akan menurun bila musim penghujan lebat.Serangga dewasa menjadi hama karena menusuk dan menghisap cairan daun yang mengakibatkan muncul bercak keperakan sehinggakeriting.Akibatnya tunas-tunas yang baru tumbuh terhenti sehingga tanaman kerdil dan selanjutnya mati.Selain menghisap cairan thrips juga menjadi vektor berbagai virus penyebab penyakit cabai.
b. Kutu Daun
Kutu daun (Aphid sp)menyerang cabai dengan cara menghisapcairan tanaman.serangga kecil ini berwarna hitam,hijau,coklat sesuai jenisnya.kutu tersebut menggerombol pada bagian tanaman yang masih muda untuk menghisap cairan tanaman yang terkandung di dalamnya.serangan kutu ini biasanya terjadi pad saat musim kemarau dan bersih. Daun yang terserang kutu akan mengerut ,pucuk tanaman menggulung dan keriting dan menggulungsehiungga pertumbuhanya terganggu.Kutu ini dapat mengeluarkan cairan manis seperti madu yang mengundang semut-semut.Antara keduanya terjadi hubungan mutualistik,Aphid sp,mengeluarkan cairan manis yang di sukai semut dan semut mengangkut kutu daun ketempat yang belum di hisap.

Cairan madu yang di hasilkan kutu ini juga mendorong munculnya cendawan jelaga berwarna hitam.Pada serangan yang berat ,tanaman tertutup jelaga hitam dan proses fotosintesis sehingga pertumbuhan tanaman terganggu.

2. Penyakit

Beberapa penyakit yang kerap menyarang tanaman cabai di antaranya:
a. Layu Fusarium
Layu fusarium di sebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium juga merupakan penyakit yang di takuti petani.Pasalnya serangan dalam skala besar dapat mengakibatkan gagal panen.Tanaman yang terserang tanaman ini daunnya tampak hijau pucat,terkulai,dan seluruh bagian tanaman menjadi layu.Seranga pada fase berbuah mengakibatkan buah menjadi tidak segar,sedangkan serangan pada fase vegetatif mengakibatkan pada pertumbuhan pada tanaman terhambat.Bila pada bagian antara akar dan batang dipotong maka akan tampak cincin cokelat kehitaman.
Penyakit layu ini di picu oleh keadaan tanah yang ber pH terlalu rendah.Dengan demikian,pencegahanya di lakukan dengan carapengapuran agar terjadi peningkatanpada tanah.Air tergenang juga memacu munculnya penyakit ini, sehingga mediatanamdi jaga agar jamngan terlalu basah.
b. Antraknosa
Antraknosa merupakan salah satu penyakit yang menjadi momok menakutkan bagi para petani cabai merah.Penyakit yang dinamakan kering buah atau patek inidi sebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan gloesporium piperantum.Penyakit trsebut berkembang pesat pada saat musim hujan karena saat tersebut udara sangat lembab tetapi hangat.
Meskipun penyakitnya di sebut kering buah,namun tidak hanya buah yang terserang bagian tanaman lainya juga dapat terinfeksi oleh kedua jenis cendawan tersebut.Gejala yang timbul bila tanaman terinfeksi yaitu adanya bintik-bintik putih seperti bercak yang lama kelamaan melebar dan akhirnya tanaman mati.

G. Teknik Pengendalian Secara Hayati OPT Pada Tanaman Cabai

1. Hama
a. Thrips
Pencegahan serangan thrips di lakukan petani dengan cara menjaga lingkungan bersih,pengaturan jarak tanam tidak terlalu rapat dan mengatur waktu tanam.
Contoh ramuan organik yang dapat di gunakan adalah :
a.Ramuan 1
Bahan :
A. Daun angsana…………………………………………………..5 kg
B. Gadung racun…………………………………………………10 kg
C. Daunrondo noleh ………………………………………………5 kg
D. Air ……………………………………………………………...5 liter
Cara membuat
Tumbuk daun angsana dan rondonoleh hingga lumat,sementara gadung racun dikupas dan di parut.campurkan tiga bahan tersebut dan rendam dalam air selama 4hari.
Cara menggunakan
Saring campuran bahan tersebut dan encerkan dengan 8 bagian air bersih,kemudian semprotkan pada tanaman yang terserang hama
b .Kutu daun
Pencegahan serangan hama kutu daun dilakukan dengan cara kebersihan lingkungan areal peneneman dijaga,dan rotasi tanaman .sehingga siklus hidup hama tersebut terputus.Ramuan pestisida organik yang dapat di gunakan dalam pengendalian hama tersebut adalah :
b.Ramuan 2.
Bahan :
 Kulit batang Suren…………………………….1 telepek tangan
 Daun sirsak……………………………………1 kg
 Air……………………………………………..10 liter
Cara membuat :
Tumbuk kulit batang suren dan daun sirsak hingga hancur,kemudian masukan kadalam 10 liter air.Selanjutnya,aduk hingga rata dan saring.
Cara menggunakan :
Encerkan lima bagian air ini dengan lima bagian air,kemudian semprotkan ke bagian tanaman yang terserang kutu daun.
2. Penyakit
a. Layu fusarium
Penyakit layu ini di picu oleh keadaan tanah yang ber pH terlalu rendah.Dengan demikian,pencegahanya di lakukan dengan carapengapuran agar terjadi peningkatanpada tanah.Air tergenang juga memacu munculnya penyakit ini, sehingga mediatanamdi jaga agar jamngan terlalu basah.Pencegahan lainnya dapat di lakukan dengan cara serbuk daun cengkeh di taburkan diatas media tanam.
Untuk pengendalian dengan fungisida organik dapat di lakukan dengan ramuan sebagai berikut :
Bahan
-Tembakau………………………………………………..1 kg
-cabai rawit……………………………………………….1 kg
- Bawang merah…………………………………………..1 kg
-Kapur…………………………………………………….100 g
- Belerang............................................................................100 g
Cara membuat :
Tumbuk atau giling semua bahan hingga lumat,kemudian tambahkan air bersih sekitar setengah liter.Setelah itu peras airnya agar mudah disaring.
Cara menggunakan :
Encerkan setiap 100 ml cairan fungisida dalam 30 liter air,kemudian semprotkan kepada tanaman yang terkena penyakit.
b. Antraknosa
Antraknosa biasanya muncul pada musim hujan.Oleh karena itu,untuk mencegahnya,penanaman cabai tidak di tengah –tengah musum ini.Untuk pengendalian Antraknosa dapat digunakan fungisida organik yang dapat dibuat sebagai berikit :
Bahan :
 Daun suren…………………1 kg
 Daun angrum………………1 kg
 Daun dayang ………………1 kg
 Tembakau………………….200 gram
 Cabai rawit…………………200 gram
 Bawang merah……………..200 gram
Cara membuat :
Tumbuk atau giling semua bahan hingga lumat,kemudian tambahkan air bersih sekitar setengah liter.Setelah itu peras airnya agar mudah disaring.
Cara menggunakan :
Campurkan setiap 50 ml cairan fungisida dalam 14 liter air bersih,kemudian semprotkan kepada tanaman yang terkena penyakit.


BAB. III.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Dari uraian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengendalian secara hayati berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan sumberdaya alam serta memanfaatkan proses-proses alami.
2. Penelitian tentang pengendalian penyakit tumbuhan secara hayati tidak bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi stabil dan memadai dalam jangka panjang
3. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup terhadap OPT dengan penyakit yang ditimbulkannya terutama kalau dikaitan dengan tanaman inang, pola tanam, system pertanian, daya dukung lahan dan system pengendalian pada waktu tertentu perlu diantisipasi dengan cermat dan baik.
4. Dalam menerapkan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsure-unsur terkait (peneliti/pakar, penyuluh/petugas proteksi tanaman, petani, tokoh masyarakat, pengambil keputusan perlu terpadu dengan aktif

Sesungguhnya Tuhan Yang maha Esa telah menyediakan Sesuatu yang bermanfaat untuk hambanya yang telah tersedia di alam raya ini.Tinggal kita sebagai yang memanfaatkan fasilitas yang ada mengkaji dan memenfaatkanya agar keseimbangan di alam tetap terjaga.Dengan kata lain kita mengetahui dan mempelajari jenis hama yang menyerang tanaman dan penyakit yang di derita oleh tanaman cabai yang di budidayakan.

B. Saran
Pengendalian secara hayati merupakan cara pengendalian yang lebih ramah lingkungan dbandingkan dengan pemakaian pestisida. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas pengendalian penyakit tumbuhan secara hayati dapat digunakan sebagai salah satu komponen dalam pengendalian penyakit secara terpadu.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "TANAMAN CABAI "