Morfologi Tanaman Nilam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa Negara di antara minyak atsiri lainnya. Namun produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan produksinya belum optimal. PT Natural Nusantara berusaha meningkatkan produksi minyak nilam secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

Klasifikasi dari tanaman nilam yaitu :
Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Lamiales
Famili : Labiateae
Genus : Pongostemon
Spesies : Pongostemon

Minyak nilam merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional. Indonesia merupakan penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang setiap tahunnya memasok 70% hingga 90% kebutuhan dunia. Ekspor nilam Indonesia berfluktuasi dengan laju peningkatan ekspor sekitar 6% per tahun atau sebesar 700 ton sampai 2.000 ton minyak nilam per tahun. Prospek industri minyak atsiri sebetulnya cukup cerah, karena bahan bakunya tersedia di dalam negeri. Sayangnya produktivitas daun nilam kering Indonesia hanya dua sampai tiga ton per hektar per tahun. Artinya produktivitas dibawah 30%. Banyak faktor yang membuat rendahnya produksi dan mutu nilam Indonesia, selain masalah teknologi, budidaya yang tidak intensif, bibit kurang baik juga cara penanganan bahan baku dan penyulingan.
Tanaman nilam dimasukkan ke Indonesia dan Singapura pada tahun 1895 (Burkill, 1935), dan dinamakan Dilem Singapur untuk membedakannya dengan nilam Jawa yang telah dikenal (P.heyneanus dan P.hostensis). Jenis nilam yang diintroduksikan dari singapura sampai sekarang merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan dan dikenal dengan nama nilam Aceh, jenis ini telah dibudidayakan sejak tahun 1909 telah menyebar ke Pantai Timur Sumatera (Heyne, 1927).
Di Indonesia daerah sentra produksi tanaman nilam terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Nangroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan daerah lainnya

2.1. Jenis-jenis Tanaman Nilam
Menurut Trease dan Evan (Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu P. cablin Benth, P. hortensis, dan P. heyneanus.
1. P. cablin Benth
Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis nilam ini termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang diusahakan secara komersil adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia. (Sudaryani, 2004)
2. P. heyneanus
Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jemis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,50-1,5%. Di samping itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani, 2004)
3. P. hortensis
Disebut juga nilam sabun karena bisa digunakan untuk mencuci pakaian. Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten. Bentuk Pogostemon hortensis ini mirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Kandungan minyaknya 0,5-1,5%. Komposisi minyak yang dihasilkan jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani, 2004)

Diantara ketiga jenis nilam tersebut yang banyak dibudidayakan yaitu P. Cablin Benth (nilam Aceh), karena kadar dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari varietas lainnya.
Nilam Aceh diperkirakan daerah asalnya Filipina atau Semenanjung Malaya. Setelah sekian lama berkembang di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari sifat dasarnya. Dari hasil eksplorasi ditemukan bermacam-macam tipe yang berbeda baik karakteristik morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan.

2.2. Syarat-Syarat Tumbuh Tanaman Nilam

Kebun perbanyakan nilam hendaknya terletak pada lokasi yang mudah dicapai, tidak tercemar hama dan penyakit, mudah dijangkau penyediaan sarana (pupuk, dll), pengangkutan bahan tanaman atau benih. Untuk efisiensi dalam pengiriman bahan tanaman sebaiknya lokasi kebun perbanyakan tidak terlalu jauh dari daerah pengembangan. Disamping itu faktor yang paling penting adalah tersedianya sumber air yang mencukupi di lokasi kebun untuk kegiatan pembibitan, penanggulangan hama dan penyakit dan sebagainya.

1. Ketinggian Tempat
Tanaman nilam tumbuh pada ketinggian 2.200 mdpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat 10-400 mdpl. Dan menghendaki suhu yang panas dan lembap serta memerlukan curah hujan yang merata. Curah hujan yang diperlukan berkisar 2500-3500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Sedang suhu yang baik adalah 240C-280C dengan kelembapan lebih dari 75%. Agar pertumbuhannya optimal tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran matahari yang cukup. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, asalkan tidak pada tempat yang sangat terlindung (di bawah pohon yang rimbun).( Sudaryani, 2004)

2. Tanah
Tanah yang subur dan gembur serta kaya akan humus, sangat diperlukan oleh tanaman nilam. Pada tanah yang subur tersebut nilam dapat memberikan hasil yang sangat baik. Pada tanah-tanah yang tergenang air atau permukaan air tanah yang terlalu dangkal, tanaman ini akan mudah terserang penyakit busuk akar yang disebabkan oleh cendawan Phytoptora. Keadaan fisik tanah yang berat (tanah liat), tanah berpasir, dan berkapur kurang baik untuk pertumbuhan tanaman nilam. (Sudaryani, 2004)

2.3. Jarak TanamTanaman Nilam

Dataran rendah yang tanahnya subur 100 x 100 cm, tanah yang kandungan liatnya tinggi 50 x 100 cm
- Pada tanah lipatit, 75 x 75 cm
- Tanah berbukit dengan mengikuti garis contour 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm


BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Koprasi Serba Usaha Bakti Subur Mandiri Kecamatan Sengata Utara Kabupaten Kutai Timur selama 4 minggu yang dimulai pada tanggal 10 Desember 2008 s/d 10 Januari 2009.

3.2. Alat-alat dan Bahan
3.2.1. Alat-alat yang digunakan adalah :
- Polybag
- gunting
- parang
- sprayer
- alat penyulingan
- kamera digital
- alat tulis menulis

3.2.2. Bahan-bahan yang digunakan adalah :
- setek nilam
- top soil
- abu limbah padat nilam
- fungisida
- air
- bawang putih
- nilam

3.3. Cara Kerja PKL
A. Cara kerja untuk pembibitan nilam
- pengisian polybag
- penyetekan bibit
- penanaman stek di polybag
- pemeliharaan bibit
B. Cara kerja untuk pemeliharaan tanaman nilam
- pemupukan
- identifikasi jenis HPT
- pengendalian HPT
C. Cara pemanenan tanaman nilam
- umur panen
- teknik panen
D. Cara penanganan pasca panen
- pengeringan
- penyincangan nilam kering
- penyulingan


BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan di Koprasi SerbaUsaha Bakti Subur Mandiri, maka dilapangan dapat diamati beberapa hal yang menjadi materi pokok dalam pelaksanaan PKL tersebut, diantaranya yaitu :

4.1. Budidaya Tanaman Nilam
4.1.1. Teknik Persiapan Media Tanaman

Dalam teknik persiapan media tanam dapat dikerjaka dengan cara manual seperti menggunakan cangkul untuk mencampurkan antara top soil dengan abu limbah padat nilam yang didapat dari hasil bahan bakar dengan perbandingan 2 : 1.

4.1.2. Penyetekan Bibit Nilam

Untuk memperoleh produksi minyak yang tinggi, pilih varietas unggul, yang produksi kadar/mutu minyak yang tinggi, yaitu: Tapak Tuan, Lhokseumawe, dan Sidikalang. Sel-sel minyak terutama pada daun, oleh karena itu, produksi tinggi akan menghasilkan produksi minyak yang tinggi pula, apabila varietas tersebut mengandung kadar minyak yang tinggi. Namun, di varietas nilam yang baik dibudidayakan di Kutai Timur yaitu nilam Aceh varietas Sidikalang. Karena hanya varietas ini yang mampuh beradaptasi dengan wilayah Kutai Timur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengambil nilam untuk digunakan sebagai bahan setek adalah:
- Stek yang baik adalah yang tidak bengkok.
- Stek nampak sehat tanpa gejala kekurangan hara atau tanda-tanda serangan penyakit dan hama.
- Stek-stek yang terpilih kemudian dicelupkan ke dalam larutan fungisida 0,2%.
- Daun tua dibuang dan yang disisahkan daun muda saja.
- Mempunyai 3-4 buku.
Dalam 1 ha dibutuhkan 20.000 benih. 1 Ha kebun perbanyakan dapat memenuhi kebutuhan 30 - 40 ha per tanaman. Dalam 1 tahun dari 1 ha kebun perbanyakan dapat memproduksi benih untuk perluasan 80 - 100 ha.

4.1.3.Penanaman di polybag

Sebelum penyamaian diareal penanaman sebaiknya nilam ditanaman terlebih dahulu didalam polybag agar mengurangi resiko kematian dari nilam.
Cara penanaman setek nilam pada polibag adalah :
- Polybag (yang berlobang dengan ukuran 15 x 10 cm diisi dengan media yang telah disiapkan dan
diletakkan secara teratur di bawah rumah atap, kemudian disiram dengan menggunakan embrat.
- Nilam dicelupkan terlebih dahulu didalam bak yang berisi air yang sudah dicampurkan dengan bawang putih yang bermamfaat untuk merangsang akar.
- Setek ditanam kedalam polybag sedalam 1-2 buku saja.
- Setek disungkup dengan plastic yang transparan, tetapi sebelum disungkup terlebih dahulu disiram dengan air.
- Setek sebaiknya disungkup selama 20 hari.

4.1.4.Pemeliharaan bibit

Pemeliharaan terhadap setek nilam dapat dilakukan dengan :
- melakukan pemeliharaan dengan penyiraman dan penyiangan gulma.
- melakukan pengendalian hama dan penyakit satu kali seminggu.
- lakukan perbaikan posisi polybag yang miring.
- lakukan penyeleksian terhadap yang tidak tumbuh.

4.1.5 Pemupukan

Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi karena pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang menentukan tingkat pertumbuhan dan pruduksi nilam. Mengingat hal itu pupuk harus digunakan secara efisien yang tepat sasaran. Pemupukan dilakukan pada saat awal tanaman sebagai pupuk dasar.

4.2 Identifikasi jenis hama dan penyakit

Didalam membudiyakan tanaman nilam yang harus jadi perhatian khusus adalah pengendalian hama dan penyakit. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi hama dan penyakit tanaman baik baik itu diareal pembibitan maupun di areal penanaman. Jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman nilam yaitu:
- ulat pemakan dan penggulung daun
- penyakit budog

4.3. Teknik Pemanen

Panen nilam biasanya dilakukan pada umur 6 atau 7 bulan setelah tanaman. Bulan berikutnya berturut-turut setiap 3-4 bulan berikutnya. Panentuan saat panen yang tepat sangat penting, karena menyangkut kuantitas dan kualitas minyak yang akan diperoleh. Bila terlalu cepat dipanen kadar minyaknya belum maksimal, sebaliknya kalau terlalu tua mutu minyaknya kurang baik. Tanda-tanda umum untuk tanaman nilam siap dipanen adalah :
- umur tanaman sudah mencapai 6 atau 7 bulan.
- Daun sebelah bawah sekali sudah menampakkan tanda-tanda menguning.

4.4. Penangan Pasca Panen

Untuk memperoleh mutu minyak nilam yang baik, yang harus memperhatikan adalah penangan pasca panen setelah nilam itu dipanen. Penanganan pasca panen pada nilam adalah :

4.4.1. Penjemuran Nilam

Nilam yang telah dipanen kemudian dijemur diawah sinar matahari. Bila terganggu atau musim hujan, maka pengeringan dapat dilakukan dengan cara diangin-anginkan ditempat teduh. Hindari pengeringan yang tidak merata karena kelembaban yang tinggi akan menyebabkan nilam itu busuk dan berjamur.
Penjemuran dengan sinar matahari yang mendukung, dilakukan selama 2 hari saja agar nilam tidak terlalu kering karena daunnya akan terlalu rapuh sehingga penyulingan sangat sulit dan hasil minyak yang dihasilkan mutu dan kualitasnya tidak baik. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air pada nilam sampai 15% saja sesuai dengan standar SNI.

4.4.1. Pemotongan Nilam

Sebelum dilakukan penyulingan terlebih dahulu nilam dipotong-potong dengan ukuran ±15 agar proses penyulingan lebih mudah.

4.4.2. Penyulingan Nilam
Penyulingan minyak nilam adalah suatu proses pengambilan minyak dari terna kering dengan bantuan air, dimana minyak dan air tidak tercampur. Penyulingan minyak nilam pada minyak nilam pada umumnya dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1. Penyulingan dengan cara dikukus, pada cara ini bahan (terna kering) berada pada jarak tertentu di atas permukaan air.
2. Penyulingan dengan uap langsung, dimana bahan berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari ketel pada bagian bawah suling.


BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Budidaya Tanaman Nilam
5.1.1. Pembibitan

Stek tanaman nilam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu karena apabila langsung ditanam di lapangan, banyak yang mati. Perbanyakan tanaman nilam secara vegetatif dengan menggunakan stek. Stek yang paling baik adalah stek pucuk mengandung 4 - 5 buku selain itu stek juga dapat diambil dari cabang dan batang. Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang, sisakan 1-2 pasang daun muda/pucuk. Waktu mempersiapkan stek, sebaiknya stek direndam dalam air sebelum disemai dalam polybag. Untuk mempertahankan kelembaban agar stek tidak layu setelah ditanam perlu diberi sungkup dari plastik. Kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 meter, tinggi 1/2 meter dan panjang sesuai kebutuhan.
Dalam menjaga kelembaban, stek yang baru disemai perlu disiram. Penyiraman dilakukan setelah penyemaian, kemudian disungkup plastik. Penyiraman selanjutnya setelah 2-3 hari kemudian. Selama di dalam sungkup, penyiraman tidak perludilakukan tiap hari. Sungkup dibuka setelah tanaman berumur 2 minggu. Pemberian pupuk melalui daun dan penanggulangan hama/penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu. Benih siap tanam setelah 1,5 bulan dipersemaian.
Penyemaian dilakukan dengan membenamkan satu buku kedalam media semai dengan terlebih dahulu membuang daun pada buku yang akan dibenamkan. Kemudian tanah disekeliling tanaman dipadatkan. Untuk penanaman langsung di lapangan, stek diambil dari cabang yang sudah tua (mengayu), dipotong sepanjang 30 cm. Kebutuhan tanaman untuk 1 ha lebih kurang 20.000 tanaman, belum termasuk bahan tanaman untuk penyulaman.
Pada kebun perbanyakan, panen stek pertama dilakukan 3-4 bulan, yaitu dengan memangkas cabang/batang setinggi 30 cm di atas permukaan tanah dengan menyisakan 1-2 cabang. Stek-stek yang baru dipangkas segera dibawa ketempat penyiapan benih, yaitu pondok atau tempat yang teduh disekitar kebun perbanyakan dimana telah disediakan peralatan yang dibutuhkan untuk pengepakan. Stek-stek dibasahi dengan air kemudian diseleksi, untuk stek pucuk, terdiri dari 4 - 5 buku, daun tua pada buku-buku dibuang, kecuali 1-2 pasang daun pucuk, untuk stek batang/cabang, semua daun dibuang, untuk stek panjang yang akan ditanam langsung ke lapangan panjang stek 30 cm dan sudah mengayu. Dari satu pohon dapat diperoleh 15 - 25 stek panjang yang dapat menjadi 30 - 50 stek pendek untuk disemai polybag.

5.1.2. Pemeliharaan Tanaman
1. Pemupukan
Disamping pupuk dasar yang diberikan pada waktu tanam berupa pupuk organik (pupuk kandang, kompos dll) 1-2 kg/lubang tanam, untuk memacu pertumbuhan tanaman perlu diberi pupuk organik. Dosis dan komposisi pupuk yang diberikan tergantung dari jenis tanah dan tingkat kesuburannya. Pada masa pertumbuhan tanaman nilam membutuhkan air untuk kelembaban tanah terutama pada musim kemarau. Penyiraman dapat dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit antara bedengan atau dengan menggunakan sprinkle shower. Pemberian air diatur sesuai dengan umur tanaman nilam pada awal fase pertumbuhan memerlukan banyak air namun jumlah itu akan terus berkurang.
Penyiangan diperlukan untuk menjaga kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur sara berjalan secara optimal. Penyiangan gulma akan m pemupukan digunakan 2 jenis pupuk yaitu pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk organik diperoleh daril limbah kotoran hewan, pupuk hijau. Pemberian pupuk berdasarkan pada umur tanaman seperti terlihat pada tabel dibawah.
Umur Tanaman Pupuk Urea Pupuk ZA Pupuk TSP Pupuk KCl
1 - 2 Bulan 50 - 70 50 - 75 50 - 75 25 – 50
3 - 5 25 -50 25 - 50 - 12,5 – 25
5 - 8 25 25 - 12,50
Pasca Panen
8 -12
12 - 16
16 – 20 50 - 75 50 -75 50 -75 50 -75

Untuk melangsungkan pertumbuhan daun perlu diberikan pupuk daun yakni pada saat tanaman berumur 1 bulan, 3 bulan dan setelah panen. Merek pupuk yang banyak dipakai seperti Bayfolan, Gandasil D, PPC, Silozin dll yang ada dijual di depot-depot KUD

2. Pemberian mulsa/penutup tanah

Tanah tanaman nilam tidak tahan kekeringan, terutama setelah dilakukan pemangkasan (panen). Kemarau panjang dapat menyebabkan kematian tanaman. Untuk menjaga kelembaban tanah dan mengurangi penguapan, tanaman diberi mulsa berupa semak belukar atau alang-alang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa semak belukar lebih baik dibandingkan alang-alang karena pelapukan lebih cepat terjadi, sehingga menambah bahan organik.

3. Pengelolan Hama dan Penyakit Nilam

a. Ulat Penggulung Daun (Pachyzaneba stutalis)
Gejalah yang ditimbulkan oleh ulat ini yaitu : menyerang lapisan epidermis daun sehingga sulit dilihat. Ulat ini hidup dalam gulungan daun muda, sambil memakan daun yang tumbuh, serangan berat hanya tinggal tulang-tulang daun saja. Setelah habis menyerang daun muda, maka akan menyerang batang muda sehingga kerusakan tanaman semakin besar.
Pengendalian untuk ulat pemakan daun bias dilakukan dengan cara manual yaitu mengumpulkan dan musnahkan tanaman yang terserang ulat ini.

b. Penyakit budog (hoprosep)
Penyakit budog diperkirakan disebabkan oleh virus (Sitepu dan Asman, 1992). Gejala penyakit terlihat pada batang yang membengkak, menebal dan daun yang berkerut dan tebal, dengan permukaan bawah berwarna merah, permukaan atas daun menguning karena kekurangan unsur hara.Selain itu terbentuk bentolan-bentolan pada batang sampai akar, dan bila dipijat baunya tidak enak. Sampai saat ini belum ditemukan bahan kimia yang efektif untuk mengendalikan penyakit budog dan belum ada varietas nilam yang tahan terhadap penyakit ini.
Penyakit ini tumbuh setelah musim kemarau dan disebabkan oleh pemangkasan yang terlalu berat saat panen. Diduga penyebaran penyakit oleh serangga, oleh karena itu tindakan budidaya perlu diperhatikan antara lain penyemprotan dengan insektisida untuk mematikan serangga/vektor, pergiliran tanaman, sanitasi kebun dan yang terpenting adalah menggunakan benih sehat. Tanaman yang sudah terserang penyakit tidak boleh diambil steknya untuk perbanyakan.

5.2. Pemanenan

Panen nilam pada umumnya dilakukan pada umur 6-7 bulan setelah tanam dan panen berikutnya dapat dilakukan 3 - 4 bulan sekali hingga umur produktif 3 tahun setelah itu tanaman diremajakan. Penentuan saat panen sangat penting, karena menyangkut kualitas minyak yang akan diperoleh. Bila terlalu cepat dipanen kadar minyaknya belum maksimal, sebaliknya kalau terlalu tua mutu minyaknya kurang baik.
Seluruh bagian tanaman nilam pada dasarnya mengandung minyak nilam namun dengan kadar yang berbeda. Kadar terbesar ada pada daunnya namun dalam proses penyulingan daun dan batang disuling secara bersama-sama.. Pemanenan dilakukan pada sore hari atau pagi hari dan menghindarkan pemanenan pada siang hari karena akan mengurangi kandungan minyak yang diperoleh. Selain itu, bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Panen dapat dilakukan dengan menggunakan alat sabit lebih cepat dan mudah, hanya memotong rumpun nilam kira-kira sejengkal dari tanah. Sabit yang digunakan harus tajam agar nantinya setelah dapat lagi bertunas dengan baik untuk dipanen lagi nantinya.
Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa juga menggunakan gunting dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan 1-2 cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas baru.
5.3. Penanganan Pasca Panen

Penyulingan minyak nilam adalah suatu proses pengambilan minyak dari terna kering dengan bantuan air, dimana minyak dan air tidak tercampur. Penyulingan untuk memperoleh minyak nilam pada umumnya dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1. Penyulingan dengan cara dikukus, pada cara ini bahan (terna kering) berada pada jarak tertentu di atas permukaan air.
2. Penyulingan dengan uap langsung, dimana bahan berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari ketel pada bagian bawah suling.

Kapasitas tangki untuk menyuling nilam pada umunya dinyatakan dengan volume (liter). Kerapatan (bulk density) terna nilam kering berkisar antara 90 - 120 g/liter, tergantung dari persentase daun dan kadar airnya. Bahan konstruksi alat suling akan mempengaruhi mutu minyak dan warna minyak. Jika dibuat dari bahan plat besi tanpa digalvenis akan menghasilkan minyak berwarna gelap dan keruh karena karat. Alat suling yang baik adalah dibuat dari besi tahan karat (stainless steel), atau plat besi yang digalvanis (carbon steel) setidaknya pada bagian pimpa pendingin dan pemisah minyak, agar diperoleh hasil minyak berwarna lebih muda dan jernih.
Terna kering yang sudah dimasukkan ke dalam ketel suling, sebaiknya dibasahi dengan air supaya terna tersebut dapat dipadatkan. Pembasahan dan pemadatan dilakukan terhadap terna selama pengisian ketel suling. Harus diingat bahwa penyulingan terna kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya jadi pada penyulingan yang menggunakan sistem kohobasi hal ini harus diperhatikan agar tidak terjadi kekurangan air selama penyulingan.lama penyulingan dengan dikukus 5 -1 0 jam, sedangkan dengan cara uap langsung lamanya berkisar antara 14 jam. Lama penyulingan ini tergantung dari cara, kapasitas ketel suling dan kecepatan penyulingan. Untuk penyulingan secara dikukus, kecepatan penyulingan yang baik adalah 0,6 uap/kg terna. Pada penyulingan dengan uap langsung tekanan uap langsung tekanan uap mula-mula 1,0 ATM, lalu dinaikkan secara bertahap sampai 2,5 - 3 kg/cm2 (tekanan dalam ketel suling 0,5 - 1,5 kg/cm2) pada akhir-akhir penyulingan. Hal ini dimaksudkan agar fraksi berat antara lain patchouli alkohol sebagian besar baru akan tersuling pada suhu tinggi atau jika waktu penyulingan cukup lama (Mauludi dan Asman, 2005).


BAB VI
KESIMPULAN dan SARAN


6.1. Kesimpulan
Dari apa yang telah dijabarkan diatas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa dalam melakukan budidaya tanaman nilam ada hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Didalam pembibitan nilam yang harus diperhatikan adalah persiapan media tanam, penyetekan bibit, penanaman dipolybag dan pemeliharaan bibit.
2. Untuk pemeliharaan nilam yang perlu diperhatikan adalah pemupukan, identifikasi hama dan penyakit tanaman yang menyerang dan cara pengendaliannya.
3. Panen tanaman nilam menggunakan sabit maupun gunting.
4. Untuk penanganan pasca panen nilam yang harus diperhatika yaitu pengeringan nilam, penyincangan atau pemotongan nilam dan penyulingan

6.2. Saran
Untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) selanjutnya terutama di Perusahaan Besar Swasta disarankan memilih kegiatan yang spesifik atau dalam satu afdeling saja dimana dalam satu luasan tertentu.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Morfologi Tanaman Nilam "